20 Juli 2008

TOLONG BACA DAN MOHON JANGAN IKUT WALAU PUN HANYA Rp 2000

20 Juli 2008
Dapat dari milis tetangga.... .....

Dua hari yang lalu gw ketemu dengan salah seorang AFI (Akademi Fantasi
Indosiar). Selain lepas kangen (he..he) gw juga dapat cerita seru dari
kehidupan mereka.(perkataan redaksi, yang jelas bukan saya he he he)

Di balik image mereka yang gemerlap saat manggung atau ketika nongol di
teve, kehidupan artis AFI sangat memprihatinkan.

Banyak di antara mereka yang hidup terlilit utang ratusan juta rupiah.
Pasalnya, orang tua mereka ngutang ke sana-sini buat menggenjot sms
putera-puteri
mereka. Bisa dipastikan tidak ada satu pun kemenangan AFI itu yang berasal
dari pilihan publik. Kemenangan mereka ditentukan seberapa besar orang tua
mereka anggup menghabiskan uang untuk sms. Orang tua Alfin dan Bojes abis 1
M. Namun mereka orang kaya, biarin aja.

Yang kasian mah, yang kaga punya duit. Fibri (AFI 005) yang tereliminasi di
minggu-minggu awal kini punya utang 250 juta. Dia sekarang hidup di sebuah
kos sederhana di depan Indosiar. Kosnya emang sedikit mahal RP 500..000.
Namun itu dipilih karena pertimbangan hemat ongkos transportasi. Kos itu
sederhana (masih bagusan kos gw gitu loh), bahkan kamar mandi pun di luar.
Makannya sekali sehari.
Makan dua kali sehari sudah mewah buat Fibri. Kaga ada dugem dan kehidupan
glamor, lha makan aja susah.

Ada banyak yang seperti Fibri. Sebut saja intan, Nana, Yuke, Eki, dll.

Mereka teikat kontrak ekslusif dengan manajemen Indosiar. Jadi, kaga bisa
cari job di luar Indosiar. Bayaran di Indonesiar sangat kecil. Lagian
pembagian job manggung sangat tidak adil. Beberapa artis AFI seperti Jovita
dan Pasya kebanjiran job, sementara yang lain kaga dapat/jarang dapat job.
Maklum artisnya sudah kebanyakan. Makanya buat makan aja mereka susah.
Temen gw malah sering dijadiin tempat buat minjem duit. Minjemnya bahkan
cuma Rp 100.000. Buat makan gitu loh. Mereka ga berani minjem banyak karena
takut ga bisa bayar.

Ini benar-benar proyek yang tidak manusiawi. Para orang tua dan anak
Indonesia dijanjikan ketenaran dan kekayaan lewat sebuah ajang adu bakat di
televisi.
Mereka dikontrak ekslusif selama dua tahun oleh Indosiar. Namun tidak ada
jaminan hidup sama sekali.
Mereka hanya dibayar kalo ada manggung. Itu pun kecil sekali, dan tidak
menentu. Buruh pabrik yang gajinya Rp 900.000 jauh lebih sejahtera daripada
mereka.

Nah acara ini dan acara sejenis masih banyak, Pildacil juga begitu. Kasian
orang tua dan anak yang rela antre berjam-jam untuk sebuah penipuan seperti
ini.
Seorang anak pernah menangis tersedu-sedu saat tidak lolos dalam audisi AFI.
Padahal dia beruntung. Kalau dia sampai masuk, bisa dibayangkan betapa dia
akan
membuat orang tuanya punya utang yang melilit pinggang, yang tidak akan
terbayar sampai kontraknya habis.

mungkin ada yang tertarik buat ngangkat cerita itu ke media anda? Gw punya
nomer kontak mereka. Gaya hidup mereka yang kontras dengan image publik
kayanya menarik untuk diangkat. Ini juga penting agar anak-anak dan orang
tua di Indonesia kaga tertipu lebih banyak lagi.

JUDI SMS MENGGILAAAA ......

Tiap stasiun televisi di Indonesia mempunyai acara kontes-kontesan.
Tengok saja misalnya AFI, Indonesian Idol, Penghuni Terakhir, KDI, Putri
Cantrik, dsb.
Sejatinya, tujuan dari acara ini bukan mencari bibit penyanyi terbaik.
Acara ini hanya sebagai kedok. Bisnis sebenarnya adalah SMS premium...

Bisnis ini sangat menggiurkan, lagi pula aman dari jeratan hukum --
setidaknya
sampai saat ini. Mari kita hitung. Satu kali kirim SMS
iayanya --anggaplah- - Rp 2000.
Uang dua ribu rupiah ini sekitar 60% untuk penyelenggara SMS Center
(Satelindo, Telkomsel, dsb).
Sisanya yang 40% untuk "bandar" (penyelenggara) SMS.
Siapa saja bisa jadi bandar, asal punya modal untuk sewa server yang
terhubung ke
Internet nonstop 24 jam per hari dan membuat program aplikasinya.
Jika dari satu SMS ini "bandar" mendapat 40% (artinya sekitar Rp 800), maka
jika yang mengirimkan sebanyak 5% saja dari total penduduk Indonesia (Coba
anda hitung, dari 100 orang kawan anda, berapa yang punya handphone?
Saya yakin lebih dari 40%), maka bandar ini bisa meraup uang sebanyak
Rp 80.000.000.000 (baca: Delapan puluh milyar rupiah).
Jika hadiah yang diiming-imingkan adalah ? rumah senilai 1 milyar, itu
artinya bandar hanya perlu menyisihkan 1,25% dari keuntungan yang diraupnya
sebagai "biaya promosi"!
Dan ingat, satu orang biasanya tidak mengirimkan SMS hanya sekali.
Masyarakat diminta mengirimkan SMS sebanyak-banyaknya agar jagoannya tidak
tersisih, dan "siapa tahu" mendapat hadiah.
Kata "siapa tahu" adalah untung-untungan, yang mempertaruhkan pulsa
handphone.
Pulsa ini dibeli pakai uang.
Artinya : Kuis SMS adalah 100% judi.

Begitu menggiurkannya bisnis ini, sampai-sampai Nutrisari membuat iklan yang
saya pikir menyesatkan.
Pemirsa televisi diminta menebak, "buka" atau "sahur", lalu jawabannya
dikirim via SMS.
Ada embel-embel gratis.
Ada kata, "dapatkan handphone... " Saya bilang ini menyesatkan, karena
pemirsa televisi bisa menyangka :
"Dengan mengirimkan SMS ke nomor sekian yang gratis (toll free), saya bisa
mendapat handphone gratis".

Kondisi ini sudah sangat menyedihkan.
Bahkan sangat gawat.
Lebih parah daripada zaman Porkas atau SDSB.
Jika dulu, orang untuk bisa berjudi harus mendatangi agen, jika dulu zaman
jahiliyah orang berjudi dengan anak panah, sekarang orang bisa berjudi,
hanya dengan beberapa ketukan jari di pesawat handphone!
.
Tolong bantu sebarkan kampanye anti judi SMS ini.
Tanpa bantuan anda, kampanye ini akan meredup dan sia-sia belaka.

Thanks,

0 komentar:

 
◄Created by © Diri Gua Ferdys Ca'em June 2008 | Design by Pocket, BlogBulk Blogger Templates Blogger Styles | Weakcampus